Bitcoin dan Ethereum jadi mata uang kripto dengan nilai tertinggi dalam ekonomi global. Keduanya sama-sama menarik perhatian para investor kripto karena peluangnya menjanjikan. Aset digital ini pun juga berbasis jaringan blockchain dalam pengoperasinnya.
Selain itu, Ethereum dan Bitcoin diperdagangkan via bursa online dan bisa Anda simpan ke berbagai jenis dompet digital. Meskipun serupa dalam beberapa hal, terdapat juga perbedaan signifikan antara Bitcoin dan Ethereum yang perlu Anda ketahui melalui uraian berikut!
Perbedaan Bitcoin dan Ethereum Wajib Diketahui Sebelum Investasi!
Mengingat sifatnya cukup signifikan, penting bagi Anda memahami perbedaan Bitcoin vs Ethereum di bawah ini sebelum berinvestasi pada salah satu atau keduanya:
1. Perbedaan dari Segi Fungsi
Bitcoin dan Ethereum sama-sama memiliki nilai pasar. Namun, fundamental Bitcoin adalah menjadi penyimpan nilai. Ini berarti bahwa Bitcoin memiliki kemampuan menjadi bentuk uang yang memiliki fitur tambahan seperti keamanan transaksi melalui blockchain serta desentralisasi. Pada sisi lain, Ethereum memiliki semua hal yang ada pada Bitcoin.
Ethereum juga berfungsi sebagai sarana dalam menjalankan kontrak pintar dan aplikasi pada blockchain. Ethereum memiliki mata uang sendiri berupa ETH, tetapi memanfaatkan blockchain dalam menjalankan fungsi tambahan. Jadi, Bitcoin hanya merupakan mata uang yang terdesentralisasi. Sedangkan, Ethereum menjadi mata uang sekaligus perangkat lunak terdesentralisasi.
2. Perbedaan Menurut Jumlah Ketersediaan
Selanjutnya, Bitcoin dan Ethereum berbeda menurut jumlah ketersediaan. Bitcoin dianalogikan sebagai emas digital mengingat jumlahnya yang terbatas. Nilainya pun cenderung naik seiring waktu, karena permintaan meningkat namun persediaannya menurun. Jumlah Bitcoin yang ada di dunia saat ini dibatasi 21 juta coin.
Apabila telah habis, maka tidak akan ada perilisan Bitcoin baru. Cara mengontrol sirkulasi Bitcoin dalam ekonomi global agar ketersediaannya tidak segera habis adalah dengan metode halving. Metode tersebut akan mengurangi setengah reward bagi para penambang Bitcoin per empat tahun atau per 210.000 penambangan Bitcoin.
Adapun Ethereum berbeda dengan Bitcoin yang membatasi jumlah ketersediaannya. Tidak ada batasan perilisan jumlah mata uang ETH dalam jangka panjang. Sebab, ETH adalah pendorong operasional agar selalu berjalan. Jadi, perilisan ETH terus berlangsung selama Ethereum berfungsi. Tetapi terdapat jumlah maksimal perilisan ETH per tahunnya, yaitu sebanyak 18 juta.
3. Perbedaan Biaya dan Waktu Transaksi
Biaya serta waktu transaksi antara Bitcoin dan Ethereum juga berbeda. Bitcoin menentukan biaya transaksi menurut jumlah data per transaksi. Ketika jumlah transaksi yang diproses per periode tertentu tinggi, maka biayanya cenderung melonjak. Meskipun sebenarnya, biaya transaksi Bitcoin relatif stabil dan hanya meningkat karena popularitasnya semakin tinggi.
Kemudian, waktu transaksi Bitcoin variatif mulai 10 menit sampai 1 jam menyesuaikan permintaannya. Lalu, untuk Ethereum sendiri menyebut biaya transaksi nya sebagai harga bahan bakar (gas price). Harga tersebut lebih fluktuatif dari Bitcoin. Pengukurannya berkaitan dengan daya komputasi yang diperlukan per transaksi dan bisa naik mengikuti aktivitas jaringan.
Secara umum, pengguna Ethereum akan membayar harga bahan bakar minimum dan menetapkan harga maksimal dalam memproses transaksi. Terdapat opsi prioritas untuk durasi transaksi yang lebih cepat dengan harga lebih tinggi.
Walaupun tanpa prioritas, transaksi Ethereum umumnya akan selesai dalam 10 sampai 15 detik per satu blok penambahan ke blockchain. Untuk waktu penyelesaiannya sendiri adalah hitungan menit.
Berbagai perbedaan Bitcoin vs Ethereum tersebut semoga dapat menjadi referensi bagi Anda yang ingin berinvestasi dalam skala ekonomi global. Penting untuk riset lebih lanjut agar memiliki informasi lengkap terkait masing-masing mata uang sehingga lebih yakin saat berinvestasi.